Inilah 3 Tanda Anak Menjadi Korban Bullying di Sekolah

Inilah 3 Tanda Anak Menjadi Korban Bullying di Sekolah

Tentunya orang tua tidak bisa mengawasi anak 24 jam, Pastinya disibukkan dengan pekerjaan. Sebagian besar waktunya dihabiskan disekolah. Kondisi seperti ini pastinya orang tua tidak bisa mengabaikan hal apa saja yang terjadi terhadap anak di sekolah.

Lalu bagaimana cara untuk mengetahui keadaan di sekolah seperti apa ? mengalami bullying atau tidak? Dikutip oleh “Realsimple, Stan Devis penulis Youth Voice Project : Student Insights Into Bullying and Peer mengungkapkan tanda-tanda yang bisa diamati oleh orang tua sebagai berikut :

1. Rutin sakit kepala dan perut

Sakit kepala dan sakit perut menjadi gejala fisik dari stres dan kecemasan yang diasosiasikan dengan bullying. Anak juga mudah berpura-pura merasa sakit kepala atau perut sebagai alasan untuk tidak pergi ke sekolah atau kegiatan lainnya. Jika anak secara rutin mengeluhkan gejala tersebut secara rutin, ajak ia berdiskusi. “Cobalah komunikasikan dengan anak dan tanyakan mengapa mereka cukup sering merasa sakit. Buatlah percakapan tidak bersifat konfrontatif sehingga anak mau mendiskusikan masalahnya,” kata Bailey Lindgren dari Parent Advocacy Coalition for Educational Rights’ (PACER), pusat pencegahan bullying.

2. Susah tidur

Jika seorang anak gugup atau cemas tentang apa yang akan terjadi di sekolah keesokan harinya, ia akan cenderung sulit tidur. Hal ini bisa juga dilihat dari sikap anak yang tampak lelah dan tidak seperti biasanya pada waktu sarapan. Ini bisa menjadi tanda anak memiliki masalah tidur di malam hari. Kelelahan juga bisa muncul dengan cara lain, misalnya kurang fokus. Ini bisa mengindikasikan banyak hal, sebagai masalah tidur hingga adanya bullying dan stres.

3.Perubahan pergaulan

Perubahan pergaulan bisa menjadi indikasi lainnya, terutama pada remaja wanita. Gejalanya, anak menolak untuk bermain dengan teman-teman yang biasa main bersama. Ini bisa menjadi tanda bullying dalam kelompok pertemanan. Kita sering menemukan gadis-gadis yang “jahat” dalam kelompok pertemanan. Terkadang hal ini sulit diidentifikasi oleh anak sebagai bullying. Orangtua bisa tetap pura-pura tidak tahu, tetapi tetap berhubungan dengan orangtua temannya. Sehingga orangtua akan menyadari ketika anak tersebut menjauh dari kelompoknya.

Comments

Popular posts from this blog

Kunjungi PP Muhammadiyah Prabowo-Sandi Mendapatkan 6 Poin Perihal Agenda Strategis

Mujahidah dan Emak-emak Mendeklarasikan untuk Dukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019